Obat Bagi Hati Yang Lalai
Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah
PENDAHULUAN
Segala pujian hanya
untuk Allah Rabb alam semesta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada utusan yang paling mulia Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa
sallam, kepada keluarga beliau, sahabat serta kepada seluruh para
pengikutnya. Amma ba'du:
Kalau kita mau
berfikir maka sesungguhnya ghoflah (lalai atau lengah.pent) adalah
sebuah penyakit kronis yang sangat berbahaya sekali, jika penyakit ini telah
menjangkiti seseorang maka sudah dapat di pastikan bahwa dia telah merugi baik
ketika ia di dunia maupun ketika di akhirat nanti, sebagaimana yang telah di
jelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala firmanNya:
قال الله تعالى: {وَلَا
تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلۡفَٰسِقُونَ ١٩} [الحشر: 19]
"Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang
fasik". QS al-Haysr: 19.
Lantas yang menjadi
pertanyaan kita adalah apa yang di maksud dengan ghoflah tersebut? Lalu
bagaimana sikap hukum syar'I dalam masalah ini? Apa bentuk dan jenis-jenis
serta macam-macamnya? Apa penyebabnya serta bagaimana cara mengatasinya?
Itulah beberapa
permasalahan yang akan kami bahas dalam buku kita kali ini, maka sebelumnya
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada setiap orang yang telah banyak
membantu dalam menyiapkan serta mengeluarkan buku ini dengan baik.
Kita memohon kepada
Allah Ta'ala agar menjaga kita dari sikap ghoflah (lalai) kita serta
mengampuni dosa-dosa yang telah kita perbuat.
PENGERTIAN
GHOFLAH
Ghoflah dalam etimologi bahasa adalah mashdar dari kalimat ( ( غفل يغفل غفلة وغفولاً
Artinya adalah
lalai, lengah.
Ibnu Faris seorang
ulama ahli bahasa mengatakan: "Huruf Ain, faa, dan lam
adalah satu asal yang shahih yang maknanya menunjukan telah meninggalkan
sesuatu karena lupa bahkan adakalanya meninggalkan dengan sengaja".[1]
Sedangkan al-Fayumi
mengatakan: "Al-Ghoflah adalah hilangnya sesuatu dari fikiran
seseorang serta tidak mengingatnya, terkadang kalimat ghoflah juga di gunakan
bagi siapa yang meninggalkan sesuatu karena menyepelekan atau karena menolaknya
sebagaimana hal itu tergambar dalam firman Allah Ta'ala:
قال الله تعالى: {وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ ١} [الأنبياء:
1]
Sedangkan menurut
pengertian secara syar'I adalah hilangnya perasaan yang seharusnya dia
merasakan.[3]
Adapun ar-Raghib
al-Ashfahani memberi pengertian dengan mengatakan bahwa Ghoflah adalah lupa
yang seseorang tersebut lupa di karenakan sedikitnya daya ingatannya.[4]
Sedangkan
al-Jurjani memberikan pengertian dengan mengatakan: "Ghoflah adalah
memonitornya hati dari apa yang disukainya".[5]
SIKAP
SYARI'AT TENTANG GHOFLAH
Allah Subhanahu wa
Ta'ala telah mencela ghofllah (lalai) ini serta memperingatan supaya
tidak terjatuh di dalam golongan orang-orang yang lalai, demikian pula Allah
Ta'ala juga telah memperingatkan NabiNya agar tidak termasuk diantara mereka.
Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَٱذۡكُر
رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا
تَكُن مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٢٠٥} [الأعراف:
205]
"Dan
sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu Termasuk orang-orang yang lalai". QS
al-A'raaf: 205.
Dan Allah Azza wa
jalla juga telah melarang kita semua agar tidak berteman dengan orang-orang
yang lalai, Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَٱصۡبِرۡ
نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ
وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ
وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ
أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨} [الكهف: 28]
"Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". QS al-Kahfi: 28.
Allah Ta'ala juga
telah mencela kaum yang lalai dalam kesehariannya, Allah Azza wa jalla
berfirman:
قال الله تعالى: {يَعۡلَمُونَ ظَٰهِرٗا مِّنَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ عَنِ ٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ غَٰفِلُونَ
٧} [الروم: 7]
"Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai". QS ar-Ruum: 7.
Termasuk di antara
orang-orang yang lalai adalah golongan
orang-orang kafir, hal itu sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan dalam
kitabNya:
قال الله تعالى: {مَن كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنۡ
أُكۡرِهَ وَقَلۡبُهُۥ مُطۡمَئِنُّۢ بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ
بِٱلۡكُفۡرِ صَدۡرٗافَعَلَيۡهِمۡ غَضَبٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١٠
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ ٱسۡتَحَبُّواْٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا عَلَى ٱلۡأٓخِرَةِ
وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ١٠٧ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ
طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَسَمۡعِهِمۡ وَأَبۡصَٰرِهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٠٨} [النحل: 106- 108]
"Barangsiapa
yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah),
kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman
(dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk
kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. yang
demikian itu disebabkan karena Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia
lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum
yang kafir. mereka Itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya
telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka Itulah orang-orang yang lalai". QS an-Nahl: 106-108.
Kecelakaan yang
sangat bagi orang yang lalai sampai ajal menjemputnya, Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَأَنذِرۡهُمۡ
يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٣٩} [مريم: 39]
"Dan
berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala
perkara telah diputus. dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula)
beriman". QS Maryam: 39.
Diriwayatkan dari
Abu Sa'id semoga Allah meridhoinya berkata telah bersabda Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa sallam: "Pada hari kiamat didatangkan kematian
(dipermisalkan) seperti kambing betina, (kemudian) di berhentikan antara surga
dan neraka. Maka diserulah (penghuni surga): "Wahai penghuni surga tahukah
kalian apa ini? Maka mereka memperhatikan dan melihatnya lalu berkata:
"Ia, (kami tahu) ini adalah
kematian. Kemudian di serulah (penghuni neraka): "Wahai penghuni neraka
tahukah kalian apa ini? Maka mereka memperhatikan serta melihatnya lalu
berkata: "Ia, (kami tahu) ini adalah kematian". Lalu di katakan:
"Kemudian di perintahkan kematian tersebut (agar) di sembelih".
Kemudian beliau melanjutkan: "Kemudian diseru (kepada penghuni surga dan
neraka). Wahai penghuni surga kekallah kalian (sekarang) tidak ada lagi
kematian, wahai penghuni neraka kekallah kalian (sekarang) tidak ada lagi
kematian". Abu Sa'id berkata: "Kemudian Rasulullah Shalallahu 'alaihi
wa sallam membaca firman Allah Ta'ala:
قال الله تعالى: {وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِي
غَفۡلَةٖ وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٣٩} [مريم: 39]
"Dan
berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala
perkara telah diputus. dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula)
beriman". QS Maryam: 39. kemudian beliau
mengisyaratkan dengan tangannya kedunia". HR Bukhari no: 4730. Muslim no:
2849.
MACAM-MACAM
GHOFLAH
Ghoflah (lalai) di bagi menjadi dua:
Pertama : Ghoflah (lalai) yang terpuji.
Kedua :
Ghoflah (lalai) yang tercela.
GHOFLAH (LALAI) YANG TERPUJI
Yaitu lalai dan
tidak peduli dari maksiat dan kemungkaran dan dari setiap yang tidak di ridhoi
oleh Allah Subahanahu wa Ta'ala, dan inilah yang di sifati oleh Allah Subhanahu
wa Ta'ala dari perempuan-permpuan yang menjaga kehormatannya, sebagaimana dalam
firmanNya:
قال الله تعالى: {إِنَّ ٱلَّذِينَ يَرۡمُونَ ٱلۡمُحۡصَنَٰتِ ٱلۡغَٰفِلَٰتِ ٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ
لُعِنُواْ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ} [النور: 23]
"Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman
(berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab
yang besar". QS an-Nuur: 23.
Dan maksud dari
perempuan-perempuan yang lalai dalam ayat di atas adalah mereka para wanita
baik-baik yang lalai (tidak terlintas) dalam fikiran mereka untuk berbuat zina,
dan tidak ada keinginan untuk melakukannya.
GHOFLAH ( LALAI) YANG TERCELA
Maksudnya adalah
lalai dari Allah Ta'ala, enggan untuk taat kepadaNya serta lalai tidak pernah
mengingatNya. Dan melalaikan negeri akhirat (akan adanya) balasan dan
perhitungan.
Jenis ghoflah
(lalai) inilah yang akan kami bahas dalam buku kita kali ini.
MACAM-MACAM
LALAI YANG TERCELA
Maha
benar Allah dengan segala firmanNya ketika Dia mensifati bahwa kebanyakan dari
makhlukNya adalah orang-orang yang lalai, hal itu sebagaimana dalam firmanNya:
قال الله تعالى: {ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ ١} [الأنبياء: 1]
"Telah
dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada
dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)". QS
al-Anbiya: 1
Adapun bagi lalai
yang tercela ini terbagi menjadi tiga:
Pertama: Lalai yang (terkadang) muncul.
Pada
suatu waktu terkadang perasaan lalai ini muncul pada sebagian orang-orang
sholeh namun kelalaian mereka sangatlah sedikit dan cepat sekali hilangnya.
Dengan cepatnya mereka sadar akan kelalaianya, teringat balasan serta hari
perhitungan yang akan mereka hadapi, lantas dengan cepatnya pula mereka
bertaubat dan kembali kepada Allah Ta'ala, sebagaimana tergambar dalam
firmanNya:
قال الله تعالى: {إِنَّ
ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ إِذَا مَسَّهُمۡ طَٰٓئِفٞ مِّنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا
هُم مُّبۡصِرُونَ ٢٠١} [الأعراف: 201]
"Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka
ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya". QS al-A'raaf: 201.
Kedua: Lalai yang muncul berkali-kali.
Yaitu
lalai yang sifatnya menetap pada kehidupan para ahli maksiat dan orang-orang
fasik dari kalangan kaum muslimin ketika mereka (dalam) keadaan berbuat
maksiat, baik perbuatan maksiat mereka sedikit maupun banyak. Maka bisa kita
lihat terkadang mereka lalai (terjerumus
dalam kemaksiatan) dan terkadang mereka sadar akan kelalaiannya. Pada waktu tertentu
mereka lupa akan diri-diri mereka kemudian pada kesempatan lain mereka sadar
akan kelalaiannya.
Adapun yang menjadi
kewajiban bagi kita semua adalah harus ada yang selalu mengingatkan mereka pada
setiap saat sampai mereka sadar dan mau berpegang teguh di jalan yang lurus,
jalanNya Allah Subhanahu wa ta'ala.
Ketiga: Lalai yang sempurna (kebablasan).
Jenis kelalaian ini terdapat pada kehidupan
orang-orang kafir, sesunguhnya mereka
dalam keadaan lalai yang sempurna tidak sadar akan kelalaianya, mereka lalai
akan adanya Allah Ta'ala dan hari akhir sampai mereka (diperumpamakan) oleh
Allah seperti binatang ternak yang tidak tahu untuk apa sesungguhnya di
ciptakan di dunia ini, untuk apa mereka hidup didunia ini, hal itu sebagaimana
yang difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam kitabNya:
قال الله تعالى: {وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ
ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثۡوٗى لَّهُمۡ ١٢}[محمد: 12]
"Dan
orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya
binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka". QS Muhammad: 12.
Bahkan
mereka didalam kelalaianya seperti halnya orang-orang yang mabuk tidak tahu
lagi apa yang ada disekeliling mereka tidak tahu lagi apa yang mereka katakan,
seperti yang Allah Ta'ala firmankan:
قال الله تعالى: {لَعَمۡرُكَ إِنَّهُمۡ لَفِي سَكۡرَتِهِمۡ يَعۡمَهُونَ ٧٢} [الحجر: 72]
"(Allah
berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing
di dalam kemabukan (kesesatan)". QS al-Hijr: 72.
Adapun cara agar
mereka sadar dari kelalaian serta agar dapat mengeluarkan mereka dari
kekafirannya adalah dengan mendakwahi mereka untuk menerima dan masuk kepada
agama yang haq ini dengan selalu berusaha agar mereka mau masuk kepada agama Islam.
SEBAB-SEBAB
YANG MENJADIKAN ORANG LALAI
- Ingin cepat-cepat melepaskan lelah (tidak mau gerak), santai.
Kebanyakan
yang diinginkan oleh manusia dan yang banyak terjadi pada manusia pada zaman
ini adalah terburu-burunya mereka untuk meletakkan badan (tidak mau gerak,
ingin santai terus menerus) dan terlalu memanjakan
badan mereka baik pada waktu siang maupun malam harinya, inilah kebiasaan yang
biasa dilakukan dalam keseharian mereka. Sehingga mereka tidak tahu bahwa
santainya badan yang mereka cari akan menyebabkan kerugian bahkan kelelahan
(hati) tanpa mereka sadari. Maka sesungguhnya santai dengan sambil memanjakan
badan yang hakiki hanya ada pada kelelahan diri dengan mengerjakan fadhail
amalan-amalan yang akan menambah kekautan Imaniyah serta menerapkan serta
mengamalkan akhlak-akhlak Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sebagaimana
yang dikatakan oleh seorang penyair:
يا متعب الجسم كم تسعى
لراحته
أتعبت جسمك فيما فيه
خسران
أقبل على الروح واستكمل
فضائلها
فأنت بالروح لا بالجسم
إنسان
Wahai orang yang letih untuk memanjakan diri
Engkau telah
memanjakannya dengan kerugianmu
Lihatlah rohmu
dan sempurnakan dengan kemuliaannya
Sesungguhnya nilai
manusia ada pada rohmu bukan dengan badanmu
- Bersemangat (yang berlebihan) untuk menggapai kelezatan dunia.
Sesungguhnya
semangat yang berlebihan dan dorongan yang sangat kuat agar dapat menikmati
kelezatan dunia dan isinya adalah salah satu sebab dari sebab-sebab seseorang
lalai dari Allah Ta'ala dan negeri akhirat dalam kehidupannya, maka sebab
utamanya adalah menyia-yiakan kewajiban yang telah di bebankan kepadanya
sebagai makhluk yang di ciptakan untuk ibadah dan bergelimangnya dalam
kemunkaran serta kemaksiatan dan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa
ta'ala.
Seorang penyair
mengatakan:
نهَاَرُكَ يَا مَغْرُورُ سَهْوٌ وَغَفْلَةٌ
وَلَيْلُكَ نَوْمٌ وَالرَّدَى لَكَ لَازِمُ
وَتَتْعَبُ فِيمَا سَوْفَ تَكرَهُ غِبَّهُ
كَذَلِكَ فِي الدُّنْيَا تَعِيشُ البَهَائِمُ
Wahai diri yang
telah tertipu, harimu hanya diisi dengan kelalaian
Sedangkan
malammu hanya diisi dengan tidur panjang
Kamupun merasa
letih, dan itu kamu benci ketika tidak mendapatkannya
Demikianlah
hidupnya para binatang ternak didunia [6]
Mereka
begitu bersemangat untuk bisa mendapatkan kelezatan dunia dengan segala macam
bentuk dan jenisnya. Dan selalu berusaha agar mendapatkannya sampai-sampai
hatinya mati (tidak bisa merasakan iman) dan lalai dari mengingat Allah Ta'ala
dan pertemuanNya nanti pada hari kiamat sebagaimana yang telah Allah janjikan
kepada makhlukNya.
- Hilangnya perasaan bersalah ketika melakukan perbuatan maksiat dan dosa.
Pada hakekatnya
orang-orang yang telah terjatuh dalam kelalaian sesungguhnya mereka telah mati
perasaan dan hilangnya rasa bersalah bilamana mereka melakukan perbuatan dosa,
dan ini kebanyakan yang terjadi dikalangan mereka orang-orang yang lalai,
bahkan sampai ada di antara mereka yang beranggapan masih dalam kebaikan yang
berkecukupan tidak merasa terkurangi sedikitpun, kemudian mereka dikejutkan
ketika dibuka tabir penutup dosa pada hari perhitungan nanti.
أما والله لو علم الأنام لما * خلقوا لما
غفلوا وناموا
لقد خلقوا لما لو أبصرته * عيون قلوبهم تاهوا وهاموا
ممات ثم قبر ثم حشر * وتوبيخ وأهوال عظام
Duhai kalau sekiranya manusia mengetahui
kenapa mereka
diciptakan, tentu mereka tidak akan lalai
Mereka
diciptakan, kalau mau merenunginya
Dengan mata hati
tidaklah mereka menyia-yiakan
Adanya kematian,
kubur lalu di giring ke padang masyhar
Membawa kehinaan
dengan tulang yang berserakan
- Mengikuti hawa nafsu.
Sesungguhnya
mengikuti hawa nafsu akan mengantarkan kepada kelalain, lalai kepada Allah Azza
wa jalla dan kampung akhirat. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَأَمَّا
مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ ٤٠ فَإِنَّ
ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ} [النازعات:
40، 41]
"Dan Adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat
tinggal(nya)". QS an-Nazi'at: 40-41.
Dan
Allah Subhanahu wa ta'ala telah menjadikan para pengekor hawa nafsu
sebagai penentang kebenaran, dan dimasukan kedalam golongan orang-orang yang
menentang kebenaran, hal itu sebagaimana yang difirmankan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: {يَٰدَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلۡنَٰكَ خَلِيفَةٗ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱحۡكُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلۡهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ
عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمۡ عَذَابٞ
شَدِيدُۢ بِمَا نَسُواْ يَوۡمَ ٱلۡحِسَابِ ٢٦} [ص: 26]
"Hai
Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan". QS Shaad: 26.
Dari
sini bisa kita ketahui bahwa orang-orang yang mengekor hawa nafsunya adalah
orang-orang yang telah memilih jalan menuju kelengahan, lalai dari Allah Ta'ala
dan akhirat, maka seorang manusia dituntut untuk menjauhi hawa nafsunya
sehingga dia bisa selamat dari golongan para pengekor hawa nafsu.
- Sibuk dengan pekerjaanya.
Tidak
diragukan lagi bahwa seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga maka ia
diperintahkan supaya mau bekerja dan mencari rizki yang halal untuk
keluarganya, baik bekerjanya itu dengan
cara berdagang atau yang lainnya, hal itu bertujuan guna mencukupi kebutuhan
hidup dirinya, keluarganya serta orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
Akan tetapi suatu
kesalahan yang sangat fatal apabila pekerjaan ini berubah atau berdagangnya
tersebut berubah menjadi sebab dari sebab-sebab kelengahan dirinya dari
mengingat Allah Ta'ala dan negeri akhirat. Sehingga pekerjaannya menjadi tujuan
utama yang menyibukan dirinya, lalai akan Allah Azza wa jalla.
Sedangkan
orang-orang yang beriman memiliki sifat, diantara sifat tersebut adalah
bahwasannya mereka tidak lalai dari Allah Subahanhu wa ta'ala dengan sebab
perdagangan dan pekerjaan. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {فِي
بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرۡفَعَ وَيُذۡكَرَ فِيهَا ٱسۡمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا
بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ ٣٦ رِجَالٞ لَّا تُلۡهِيهِمۡ تِجَٰرَةٞ وَلَا بَيۡعٌ عَن
ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ يَخَافُونَ يَوۡمٗا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلۡقُلُوبُ وَٱلۡأَبۡصَٰرُ
٣٧} [النور: 36، 37]
"Bertasbih
kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan
disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. laki-laki yang
tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sholat, dan (dari) membayarkan zakat.
mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang". QS an-Nuur: 36-37.
- Permainan dan olah raga.
Ini
adalah salah satu penyebab terbesar dari lalainya seseorang oleh karena itu
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan agar tidak tenggelam
didalam permainan yang mana sudah ada pada zamannya, dan beliau jelaskan bahwa
hal tersebut adalah penyebab dari kelalaian.
Diriwayatkan dari
Ibnu Abbas semoga Allah meridhoi keduanya dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Barangsiapa yang tinggal dipegunungan maka (sikapnya)
menjadi keras (tidak paham sopan santun.pent), siapa yang mengikuti (sibuk)
dengan hewan buruan maka dia (akan) lalai, dan barangsiapa yang senang
mendatangi pintu penguasa (suka menjilat) maka dia akan terkena
fitnah". HR Abu Dawud no: 2859 di shahihkan oleh al-Albani.
Al-Hafidhz Ibnu
Hajar mengatakan: "Dalam hadits ada kemungkinan (maksudnya) adalah bagi
orang yang terbiasa (sehari-harinya) melakukan hal tersebut sehingga dia
tersibukkan dari perbuatan yang lain dari kewajiban dan amalan-amalan keagamaan
lainnya".[7]
Barangsiapa yang
sudah terbiasa tersibukan dengan sebuah permainan atau olah raga, sehingga yang
terlintas dalam fikirannya adalah
perbuatan tersebut maka sungguh hatinya akan lalai, lupa untuk
mengerjakan sholat, lalai tidak mengingat Allah, lengah kepada ketaatan, enggan
untuk membiasakan dirinya sholat secara jama'ah di masjid serta keburukan yang
lainnya.
Jika dalam hadits
diatas dijelaskan bahwa hanya sekedar mengikuti (mengejar) hewan buruan saja
akan mengantarkan kepada kelalaian, yang mana kita ketahui bersama bahwa dalam
berburu ada kebaikan yang bisa didapatkan yaitu bisa untuk memperkuat badan, membuat
badan menjadi sehat, kuat sehingga bisa membantu untuk persiapan jihad, lantas
bagaimana kiranya dengan permainan-permainan elektronik?! Tentu madharat serta
keburukan yang dihasilkan lebih besar serta larangannya pun lebih keras lagi,
karena akan mengantarkan seseorang lalai akan Allah Ta'ala dan negeri akhirat.
Sungguh permainan
elektronik dengan segala macam bentuknya, yang ada pada zaman kita kali ini
adalah termasuk sebab terbesar menjadikan seseorang menjadi lalai, di karenakan
semua itu adalah perbuatan sia-sia yang paling banyak menghabiskan waktu yang
tiada menghasilkan manfaat. Dan tidaklah ada alat permainan yang baru melainkan
sebuah sarana yang akan menjadikan hati tersebut hidup dalam kelalaian
selama-lamanya. Dengan sebab permainan elektronik ini akan banyak sekali waktu
yang terbuang sia-sia, menghancurkan umur tanpa memberikan faidah yang berarti.
Adapun perusahaan
maka yang mereka lakukan adalah berusaha saling bersaing untuk bisa memenuhi
persaingan pasar, lantas seberapa besar kerusakan yang ada pada permainan ini?!
Berapa besar waktu yang terbuang dari umur yang dimiliki oleh anak-anak kita
dan para pemuda kita?!
Ketika
sudah asyik dengan sebuah permainan, baik dengan alat elektronik yang baru maka
dia tidak hanya menghabiskan waktunya satu jam namun bisa berjam-jam yang dia
habiskan bahkan ada yang sampai satu hari penuh diisi dengan bermain, dengan
alat yang memabukan ini. Yang lebih parah lagi sampai hari-harinya diisi dengan
alat ini. Dan sesungguhnya permainan elektronik yang baru tidak membikin cepat
bosan dalam satu jam atau dua jam, namun dia seperti bius yang membius orang
yang sudah terbiasa dengan permainan elektronik.
Karena biasanya
sebuah permainan apapun jenisnya, biasanya untuk bisa mencapai puncak permainan
tersebut bukan hanya cukup sekedar bermain sekali atau dua kali namun bagi yang
biasa memainkan permainan tersebut dia harus terus menerus bermain sampai bisa
mencapai puncaknya. Dan jika dia telah
mampu menaklukan permainan pertama maka dipasar sudah ada menunggu episode yang
kedua dan ketiga begitu seterusnya sampai dia seperti candu yang tidak bisa
dihentikan. Tatkala telah selesai satu kaset maka yang lainnya sudah ada
menunggu sebagai kelanjutan yang pertama, dan jika telah selesai satu permainan
maka ada permainan yang baru, begitu seterusnya tanpa ada hentinya.
Dan sebab manusia
terbius dengan jenis permainan elektronik ini adalah dikarenakan derasnya
tayangan dari sebagian televisi yang menayangkan serta mengiklankan jenis-jenis
permainan sehingga ada salah satu chanel televisi yang khusus menayangkan serta
menawarkan jenis permainan tertentu.
Adapun yang menjadi
pertanyaan adalah apa yang bisa diambil manfaatnya oleh anak-anak kita dengan
permainan elektronika tersebut?
Sesungguhnya
anak-anak kita tidak bisa mengambil manfaat apa-apa kecuali hanya tegangnya
urat syaraf, jari-jemarinya yang rusak dikarenakan terlalu seringnya memencet
tombol, lemahnya penglihatan, dan fikiran mereka, ditambah lagi dengan lalai
dari waktu dan segalanya dikarenakan lamanya mereka duduk didepan layar dengan
waktu yang sangat lama.
Duhai sekiranya
kalau hanya perkaranya sampai disitu bahkan ada sebagian permainan yang lebih
parah yang sudah menanamkan kesyirikan,
dengan tidak langsung telah menanamkan rasa cinta kepada kesyirikan dan
pelakunya dihati anak-anak kita.
Ada sebuah kisah
nyata diceritakan bahwa ada salah seorang ibu yang melarang anaknya yang masih
kecil agar tidak terus menerus bermain dengan permainan elektronik tersebut,
namun ibunya dikejutkan dengan perkataannya, sambil berteriak anak itu
mengatakan: "Tinggalkan saya bermain! Saya berjanji tidak akan masuk
kegereja lagi?!.
Maka ibunya
tersebut terkejut dengan perkataanya! Apa kaitannya gereja dengan permainan
ini?! Dan ketika dilihat maka terbongkarlah bahwa dalam permainan tersebut jika
tokoh yang ada dalam permainan itu sudah lemah atau turun derajatnya maka dia
langsung masuk ke geraja agar menjadi kuat dan naik lagi derajatnya dan kembali
sehat seperti sedia kala sehingga bisa meneruskan permainan kembali.
Apakah kita akan
menyepelekan urusan ini setelah kejadian dan bukti yang konkrit tentang
permainan ini akan masa depan anak-anak kita!!.
Betapa banyak sebab
dan madharat (kerusakan) dari alat permainan ini yang menjadikan terbuang
sholat lima waktu yang berturut-turut
atas mereka?!
Betapa banyak waktu
serta umur mereka yang hilang begitu saja tanpa adanya dzikir kepada Allah Azza
wa jalla dan kesibukan dalam ketaatan kepadaNya?!.
Tidakkah kita
ketahui bersama bahwa alat-alat permainan ini akan menyibukan anak-anak kita
dari menghafal al-Qur'an?!. Dan juga akan menjadikan mereka sibuk dengannya
sehingga tidak lagi peduli dengan yang namanya berbakti serta patuh kepada
orang tua?!.
Bahkan yang lebih
menakjubkan lagi dari itu bahwa alat-alat permainan tersebut akan menjadikan
mereka lupa untuk makan dikarenakan sibuknya dengan permainan, sedangkan
makanan adalah kebutuhan pokok mereka untuk pertumbuhan dan kesehatan!!.
- Ingin menghibur diri (memanjakan diri) dan gaya hidup yang mewah.
Pada zaman sekarang
gaya hidup yang mewah serta keinginan untuk selalu menyenangkan diri dapat
terwujud dengan banyaknya tempat-tempat untuk bertamasya dan berekreasi
yang kebanyakan dibuat dengan teknologi
yang modern dan canggih yang semua itu menjadikan manusia diatas kelalaian yang
besar.
Dan gaya hidup
mewah tersebut mencakup jalan-jalan keluar negeri, makan dilestoran yang mewah,
makan dengan segala macam jenis makanan yang ada, yang sekarang sudah menjadi
kebiasaan orang-orang mewah sehingga mereka habis waktunya hanya untuk sekedar
menghidangkan serta menikmatinya.
Lihatlah kepasar
serta supermarket bagaimana sibuknya manusia didalam mencari bahan untuk makan
sehari-hari, mereka datang untuk membeli kebutuhan bahan pokok yang diinginkan
tersebut.
- Lebih condong kedunia.
Tidak
diragukan lagi bahwa termasuk penyebab seseorang menjadi lalai adalah cintanya
ia kepada dunia dan condongnya hati kepada dunia, dikarenakan hal itu akan
mengantarkan seseorang untuk melupakan introspeksi diri, enggan untuk
mengoreksi apa yang semua telah dilakukan, menjadikan seseorang panjang
angan-angannya mengharap kesenangan dan kemewahan yang terus menerus dan
menjadikan enggan untuk bertaubat.
Kalau sekiranya ia
keluarkan dalam hatinya kecintaan kepada dunia tidaklah mungkin ia akan lalai
dari Allah Ta'ala dan kampung akhirat, dan
ia akan mengetahui bahwa dunia adalah tempat persinggahan bukan tempat
untuk tinggal yang kekal, semuanya bisa didapat ketika dia mau melepas semua
syahwatnya dan kemewahan hidup.
- Bergaul dengan orang-orang yang lalai.
Bergaul dengan
orang-orang yang lalai adalah termasuk sebab terbesar menjadikan seseorang ikut
menjadi lalai, hal itu sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan dalam al-Qur'an:
قال الله تعالى: {وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ
وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ
ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ
هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨} [الكهف: 28]
"Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". QS al-Kahfi: 28.
Allah Ta'ala juga
berfirman:
قال الله تعالى: {وَلَا
تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلۡفَٰسِقُونَ ١٩} [الحشر: 19]
"Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang
fasik". QS al-Hasyr: 19.
Syaikh as-Sa'di
mengatakan dalam tafsirnya akan ayat diatas: "kecelakaan sungguh celaka
bagi seorang hamba (untuk tidak mengetahui) tentang perkara ini, sehingga ia
menyerupai dengan orang-orang yang lupa dengan Allah dan lalai dari
mengingatNya serta enggan mengerjakan apa yang sudah menjadi kewajibannya,
mereka hanya berharap dengan nasib yang baik atas mereka dan hawa nafsunya
namun mereka tidak mungkin berhasil tidak pula akan tercapai apa yang
diharapkannya, tapi yang terjadi adalah
Allah akan melupakan mereka apa yang menjadi kebutuhan serta keinginan mereka,
melalaikan mereka, maka perkaranya menjadi melampaui batas, sehingga mereka
kembali dalam keadaan merugi dunia akhirat dan dalam keadaan mendzalimi diri
mereka yang tidak mungkin mereka dapati, tidak ada penggantinya dikarenakan
mereka adalah orang-orang yang fasik, orang yang telah keluar dari ketaatan
kepada Rabbnya serta menghabiskan umurnya didalam perbuatan maksiat, lalu
apakah sama keadaannya dengan orang yang selalu menjaga ketakwaan kepada Allah
Ta'ala serta memperhatikan apa yang akan dilakukan untuk hari esok, maka
merekalah orang-orang yang pantas untuk mendapatkan surga yang penuh dengan
kenikmatan dan kehidupan yang selamat, akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang
yang telah Allah beri nikmat atas mereka dari para Nabi dan orang-orang yang
jujur, para syuhada, serta orang-orang yang sholeh. Dan siapa yang lalai dari
mengingat Allah, melupakan hak-hakNya, maka sengsaralah ia didunia sedangkan di
akhirat nanti ia berhak untuk mendapat
adzabNya yang pedih. Maka golongan yang pertama adalah golongan yang beruntung
adapun golongan yang kedua adalah golongan yang merugi".[8]
- Terlalu banyak mengerjakan hal-hal yang mubah.
Kelalaian
bisa terjadi dengan terlalu banyak mengerjakan dan menyibukan dengan hal-hal
yang mubah karena hal tersebut akan menjadikan hati menjadi keras.
Dan perhatikanlah
keadaan manusia pada zaman sekarang, maka akan engkau dapati bahwa kebanyakan
yang menjadi kesungguhan mereka adalah pada hal-hal yang mubah yang semua itu
akan menjadikan mereka lalai dari Allah Azza wa jalla dan negeri akhirat.
Apa yang akan
terjadi bagi seseorang yang bolos dari tempat kerja sepanjang hari lalu keluar
untuk makan siang yang di ikuti setelah dengan tidur siang, dan jika terbangun
lantas pergi ke istirahat (vila) nya, atau pergi berlibur ke tempat
rekreasi bersama dengan teman-temannya atau bersama keluarganya sampai hari
pergi sedangkan ia hanya sibuk dengan perkara-perkara mubah seperti ini.
Kehidupan semacam apakah
ini?!, lantas apa yang bisa diharapkan bagi orang yang kehidupannya seperti ini
dalam kesehariannya?!.
BEBERAPA
CONTOH KELALAIAN YANG DILAKUKAN OLEH SEBAGIAN MANUSIA
Banyaknya orang
yang lalai pada zaman kita ini, dan ada begitu banyaknya penyebab yang
menjadikan orang menjadi lalai, maka sudah menjadi haknya seorang yang beriman
agar mau memberi nasehat kepada saudaranya sesama muslim tentang perkara ini
dengan harapan mereka mau menerimanya serta bisa mengambil manfaat dari nasehat
ini.
Dan dianatara
perkara-perkara yang manusia lalai darinya:
- Lalai dari mempelajari agama Allah Subhanahu wa ta'ala.
Bodoh dengan agama
Allah Subhanahu wa ta'ala adalah penyebab seseorang mudah melakukan perbuatan
dosa sedangkan dosa adalah penyebab kerasnya hati, dan dengan sebab itulah
seorang hamba terkena penyakit lalai dari Allah Ta'ala dan kampung akhirat.
Karena bagaimana
mungkin seseorang akan takut akan hari pembalasan sedangkan dia adalah orang
bodoh tidak paham tentang shiroth (titian.pent) dan mizan (timbangan.pent)!!.
Bagaimana dia akan
takut tentang su'ul khotimah (akhir yang buruk) sedangkan dia tidak tahu
bahwa jiwa-jiwa hamba berada dijari-jemarinya Allah Ta'ala yang
membolak-balikan sesuai kehendakNya!!.
Kebodohan semacam
inilah yang akan mengantarkan perpecahan diantara sesama muslim dan menyebabkan
mereka hidup didalam kesesatan serta taklid buta. Dan tanpa disadari terkadang
bisa mengantarkan orang-orang yang bersih terjerumus didalam perbuatan dosa.
Diriwayatkan dari
al-Qodhi Abu Bakar Bin al-Arabi al-Maki kisah yang menunjukan bahwa
memungkinkan kebodohan bisa menimpa siapa saja, beliau mengisahkan: "Pada
suatu hari Syaikh Thurthusi salah seorang ulama pada zamannya dari negeri
andalus[9] (sepanyol sekarang) berkunjung, beliau masuk lalu sholat pada sebuah
masjid perbatasan, dan didalam masjid tersebut ada Ibnul Arabi. Maka sholatlah
syaikh Thurthusi sholat sunah, dan adalah beliau mengangkat kedua tangannya
bersamaan dengan takbir ruku' dan manakala bangun dari ruku'. Adapun tentang
mengangkat kedua tangan ini maka telah datang riwayat yang shahih dari Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam, namun ada riwayat di dalam madzhab malikiyah yang
masyhur dikalangan mereka yang menyebar dinegeri andalus yaitu tidak mengangkat
kedua tangan pada kedua tempat didalam sholat di atas. Ketika syaikh Thurthusi
melakukan hal tersebut (dan beliau adalah salah seorang yang mengikuti sunah)
yang mana hal tersebut menyelisihi pendapat madzhab yang telah masyhur
dikalangan mereka, maka ada salah seorang pemimpin (pasukan) dari angkatan
perang laut yang mengingkari dengan keras permasalahan ini, dan Ibnul Arabi ada
disebelahnya menunggu syaikh selesai sholat, lalu komandan tersebut
memerintahkan kepada sebagian pasukannya supaya mendekat kepada syaikh
Thurthusi agar membunuhnya lalu melempar jenazahnya kelaut!!.
Maka Ibnul Arabi
berkata: "Maka terlintas dalam hatiku antara kebimbangan. Lantas saya
berkata: "Subhanallah! Ini adalah Thurthusi seorang yang faqih pada zaman
ini".
Maka mereka
mengatakan kepadaku: "Lalu kenapa dia (syaikh Thurthusi) mengangkat kedua
tangannya?!.
Setelah selesai
maka syakih menjelaskan bahwa itu adalah sunah dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam, adapun permasalahan mengangkat kedua tangan pada saat ruku' dan bangun
dari ruku' adalah salah satu pendapat dari malikiyah namun bukan pendapat yang
masyhur dikalangan madzhab. Tidaklah beliau menjelaskan kecuali mereka telah
mengerti dan paham.[10]
Lihatlah! Bagaimana
mungkin seseorang yang bodoh menjadikan dirinya dalam kelalaian sampai-sampai
menghalalkan darahnya seorang muslim untuk dibunuh!! Yang mana beliau (syaikh)
di atas kebenaran dan di atas sunah, ini semua penyebabnya adalah bodoh dengan
agama Allah Ta'ala.
- Lalai dari kitabullah (al-Qur'an).
Yaitu
lalai dari mempelajarinya, mengajarkannya serta menghafalnya, padahal Nabi
muhammad Shalaallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkan kita atas yang
demikian itu semua.
Maka orang yang
mahir (pandai) membaca al-Qur'an maka mereka akan di kumpulkan bersama orang
yang berwajah putih berseri-seri serta memiliki kemuliaan.
Dan adapun
penghafal al-Qur'an maka mereka akan di angkat derajatnya pada hari kiamat
sesuai dengan seberapa banyak ayat yang di hafalnya.
Dan al-Qur'an pada
hari kiamat nanti akan datang memberi safa'at kepada pembacanya sebagaimana
para pembaca al-Qur'an akan memberi safa'at kepada keluarganya.
Dan masih banyak
lagi kemulian serta keutamaan bagi para penghafal al-Qur'an dan orang-orang
yang mau mempelajarinya akan tetapi kebanyakan manusia lalai dan lengah akan
keutamaan tersebut.
- Lalai dari dzikir kepada Allah Ta'ala.
Berdzikir kepada
Allah Azza wa jalla adalah merupakan bekal yang mana orang-orang yang bertakwa
berbekal dengannya dan merupakan kebiasaan bagi orang-orang yang sholeh.
Berdzikir merupakan
kekuatan hati, penambah umur, dengannya bisa menolak segala macam kesusahan dan
lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dan para pelakunya akan dimasukan
ditaman-taman surga.
Berdzikir adalah
ibadah hati dan lisan, perhiasan bagi para ahli ibadah, berdzikir juga
merupakan pintu Allah yang agung yang dibuka antara diriNya dan hambaNya.
Namun sayang betapa
banyak manusia yang lalai dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa ta'ala baik
itu dzikir-dzikir yang sifatnya mutlaq (tidak ada batasanya) atau pun
dzikir-dzikir yang sifatnya muqoyad (yang ada batasannya)!!.
Ketika pagi hari
tiba betapa banyak dari kita yang tidak membaca dzikir di waktu pagi ketika
hari telah usai (sore) kita pun banyak yang lalai, tidak membaca dzikir di
waktu petang.
Ketika masuk masjid
atau keluar dari masjid terkadang tidak terucap darinya sedikitpun dzikir yang
berkaitan dengannya.
Demikian pula jika
ia masuk atau keluar dari rumahnya maka tidak pernah bibirnya bergerak
mengucapkan do'a atupun dzikir kepada Allah Ta'ala.
Jika mendangar
ringkihan keledai, atau kokokan ayam, tidak pernah ia berdzikir dengan
dzikir-dzikir yang telah shahih yang khusus tentang permasalahan ini yaitu
ketika mendengar suara ringkihan keledai dan kokokan ayam.
Maka siapa saja
yang keadaanya seperti diatas bagaimana mungkin, dan merupakan suatu yang
sangat jarang sekali kalau dia akan berdzikir kepada Allah jika dia mendatangi
syahwatnya yang dibolehkan seperti ketika mau makan atau ketika ingin
mendatangi keluarganya (jima')!!.
Karena siapa yang
lalai dari berdzikir kepada Allah pada tempat-tempat ibadah yang disyariatkan
untuk berdzikir maka lebih mungkin lagi dia tidak akan lalai dari berdzikir
pada tempat-tempat dia ingin menunaikan syahwatnya.
- Lalai dari dzikir-dzikir (do'a.pent) yang akan menjaga dirinya.
Allah
Azza wa jalla telah memperingatkan mereka orang-orang yang telah jatuh dalam
kelalaian dari dzikir-dzikir (do'a) kepadaNya terkadang dengan suatu musibah
yang menimpa mereka, lantas mereka baru teringat tentang dzikir-dzikir yang ada
tersebut, sampai-sampai ada sebagian mereka yang mengatakan: "Duhai
sekiranya aku teringat dengan dzikir-dzikir ini!.
Telah shahih
diriwayatkan dari Khaulah binti Hakim as-Sulamiyah semoga Allah meridhoi
keduanya bahwasannya dia pernah mendangar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Jika salah seorang diantara kalian singgah pada suatu
tempat maka ucapkanlah:
أَعُوذُ
بِكَلِمَاتِ الله التَامَّاتِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
"Aku
berlindung kepada firman-firman Allah yang paripurna dari kejahatan segala
ciptaanNya".
Sesungguhnya
kalimat tersebut akan menjaganya serta tidak akan ada yang dapat mencelakainya
sampai dia pergi dari tempat tersebut". HR Muslim no: 2708.
Berkata Abul Abbas
Ahmad bin Umar al-Qurthubi: "Ini adalah hadits yang shahih dan perkataan
yang jujur, adapun bukti akan kejujurannya adalah bukti nyata baik dari sisi
pendalilan maupun dari sisi percobaan, sesungguhnya saya semenjak mendengar
hadits ini saya langsung mengamalkannya, semenjak itu tidak pernah saya terkena
suatu musibah apapun sampai pada suatu ketika saya (kelupaan) sehingga meninggalkannya yaitu pada suatu malam yang
mana pada malam itu saya disengat kalajengking disuatu daerah namanya Mahdiyah,
maka saya mencoba mengingat-ingat dalam hati apa sebabnya maka saya teringat
bahwa saya telah lupa berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimat (do'a
diatas)".[11]
Mungkin kamu pernah
mendengar sebuah kisah dari sebagian sahabat dari ahli Madinah Nabawiyah, ada
seseorang yang datang kemadinah, dan ia menceritakan bahwasanya ia membaca do'a
ini disebuah tempat sebelum pergi menuju kampungnya sekitar 70 kilo, ketika ia
sampai di kampungnya dan manakala ia menurunkan penutup kepalanya. Maka ia di
tanya oleh anaknya: "Wahai bapakku ada sesuatu yang berwarna hitam
dikepalamu? Langsung ia menundukan kepalanya, maka dia terkejut karena
dikepalanya ada kalajengking yang tanpa ia sadari telah berada dikepalanya
sejauh perjalanan 70 kilo. Dia lalu menceritakan: "Sungguh saya sangat
bersyukur karena Allah telah menjagaku dengan sebab do'a ini yang saya ucapkan
ketika sore hari pada tempat dimana saya singgah".
- Lalai dari niat pada amalan-amalan perbuatan yang di lakukannya.
Telah
shahih di riwayatkan dari Umar bin Khatab semoga Allah meridhoinya ia berkata:
"Saya pernah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Hanyalah amalan-amalan tersebut tergantung dari niat-niatnya, dan
sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang di niatkannya". HR
Bukhari no: 1.
Dan manusia
terkadang mereka lupa akan niat ketika sedang mengerjakan kewajiban bahkan
adakalanya hal tersebut bisa menjadikan batalnya amalan tersebut dikarenakan
ada sebagian amalan-amalan yang sangat membutuhkan (menjadi syarat sahnya.pent)
kepada niat.
Adakalanya orang itu lalai berniat di dalam beramal sehingga ketika
beramal dia tidak meniatkan untuk meraih pahala sehingga dengan sebab
kelalaianya ini ada begitu banyak pahala-pahala yang lewat begitu saja. Dan
perlu di ketahui bersama, sesungguhnya jika seorang hamba menghadirkan niat
pada setiap amalan-amalan yang mubah, yang akan dikerjakan maka hal itu akan menjadi
sebuah pendekatan diri (ibadah) kepada Allah Ta'ala. Sebagai contoh manakala ia
membeli barang-barang kebutuhan rumah tangganya, jika ia meniatkan sebagai
bentuk ibadah maka hal itu akan bernilai ibadah di sisi Allah dan akan diberi
pahala yang besar oleh Allah Ta'ala dengan sebab niatnya.
Demikian pula ketika ia memberi nafkah untuk keluarganya entah itu
nafkah yang wajib atau nafkah lainnya. Hal itu sebagaimana yang di riwayatkan
dari Abu Mas'ud al-anshori semoga Allah meridhoinya, dari Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam beliau berkata: "Jika seorang mu'min memberi nafkah
keluarganya sedangkan ia mengharap kepada Allah dengan amalannya tersebut
pahalaNya maka hal itu bernilai shodaqah baginya". HR Bukhari no: 55,
Muslim no: 5351.
Terkadang pula ada seseorang bercanda dengan saudaranya atau temannya,
tentunya dengan canda atau sendau gurau yang mubah (dibolehkan), sedangkan dia
akan mendapatkan pahala jikalau didalam perbuatannya tersebut berniat untuk
membikin senang saudaranya sesama muslim, dan bisa jadi perbuatannya tersebut
tak bernilai apa-apa, tidak bagi dirinya (dimana tak bernilai disisi Allah)
tidak pula bagi saudarnya tersebut, itu jika dia tidak meniatkan apapun dalam
perbuatannya tersebut.
Bahkan yang lebih menakjubkan dari semua itu adalah candanya seorang
suami bersama dengan istrinya maka hal itu akan memperoleh pahala jika niatnya
ikhlas karena Allah Ta'ala, selama ini kita perhatikan betapa banyak orang yang
telah lalai akan hal ini! Di riwayatkan dari Abu Dzar semoga Allah meridhoinya dari
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dan di dalam hubungan
suami istri kalian adalah shodaqah". Maka di katakan kepada beliau:
"Wahai Rasulallah, apakah salah seorang diantara kami mendatangi
syahwatnya, hal tersebut akan memperoleh pahala? Di jawab oleh beliau:
"Tidakkah kalian ketahui bagaimana sekiranya kalau dilakukan kepada orang
yang tidak halal (bagi kalian), apakah hal itu akan berdosa? Demikian pula jika
dilakukan pada orang yang halal (bagi kalian) maka hal itu akan mendapat pahala".
HR Muslim no: 1006.
Imam Nawawi mengatakan akan hadits di atas: "Di dalam hadits ini
sebagai dalil bahwa hal-hal yang mubah akan menjadi ketaatan dengan sebab niat
yang benar, dan hubungan suami istri akan bernilai ibadah jika di niatkan
dengannya untuk menunaikan haknya seorang istri dan mempergauli dirinya dengan
cara yang baik, yang mana hal tersebut telah di perintahkan oleh Allah Ta'ala,
atau meniatkan dengan hubungan tersebut untuk mendapatkan anak, atau untuk
menjaga dirinya atau menjaga istrinya agar tidak terjatuh kedalam perbuatan
zina serta mencegah keduanya dari melihat sesuatu yang haram, atau berfikir
tentang zina atau berkeinginan untuk melakukanya. Dan selainnya dari
tujuan-tujuan yang baik (dari hubungan intim) tersebut".[12]
Maka bisa jadi amalan
yang sedikit akan menjadi besar dengan sebab niat, dan bisa jadi amalan besar
itu akan menjadi sedikit dengan sebab
niat. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnul Mubarak.[13]
Di dalam sebuah
hadits yang shahih yang di riwayatkan oleh Abu Burdah semoga Allah meridhoinya
berkata: "Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Abu
Musa dan Mu'adz bin Jabal ke negeri yaman, keduanya pun berangkat, maka Mu'adz
bertanya kepada Abu Musa: "Bagaimana kiranya engkau membaca al-Qur'an? Abu
Musa menjawab: "Saya membacanya ketika saya duduk, sambil berdiri dan di
atas hewan tungganganku, dan saya selalu berusaha membaca pada semua
keadaanku". (dan Mu'adz) mengatakan kepada Abu Musa: "Adapun saya
maka (ada) saat-saat yang saya gunakan untuk tidur dan saya gunakan untuk
bangun (sholat), dan saya berharap (meraih pahala) dengan tidurku sebagaimana
saya mengharap pahala ketika saya bangun".[14]
Al-Hafidhz Ibnu
Hajar berkata menjelaskan perkataanya Abu Mas'ud di atas dengan mengatakan:
"Bahwa (maksud dari perkataannya beliau) adalah bahwa beliau mengharap
pahala ketika sedang santai sebagaimana ia mengharap pahala ketika sedang
capai, karena waktu santai jikalau digunakan untuk membantu agar segar ketika
ibadah maka ia akan mendapat pahala (dengan sebab niatnya)".[15]
Sedangkan Imam
Nawawi mengatakan: "Bahwa maksud perkataanya beliau adalah bahwa saya
tidur dengan niat agar menjadi segar dan tenangnya hati ketika ibadah serta
bergairah di dalam mengerjakan ketaatan, dan saya juga berharap pada semua
(perbuatanku) itu pahala dari Allah Ta'ala sebagaimana saya mengharap pahala
ketika saya terjaga (sholat)".[16]
Berkata Imam Ibnul
Qoyim menegaskan keadaan orang yang hatinya selalu teringat Allah Ta'ala dan
akhirat maka keadaanya tidak akan jauh dari sesuatu yang nampak dalam amalannya
kecuali untuk meraih keridhoanNya, beliau mengatakan: "Jika ia mengerjakan
suatu amalan yang sifatnya kegiatan rutinitas biasa yang di kerjakan dalam
sehari-harinya maka ia jadikan sebagai ibadah dengan niatnya, berniat sebagai
sarana untuk menggapai keridhoan Rabbnya. Maka secara garis besar bisa di tarik
kesimpulan bahwa ia selalu memperhatikan
dirinya pada setiap awal pekerjaannya, mengorekasinya, menjadikan dengan
amalannya tersebut agar bisa menempuh jalan yang di ridhoi oleh Allah sehingga
amalan yang biasa berubah menjadi ibadah dan qurbah (pendekatan diri
kepada Allah)".[17]
Dan ringkasan dalam
maslah ini bisa kita katakana, sesungguhnya pada setiap orang dalam satu
harinya saja ada begitu banyak aktifitas yang dilakukannya, seperti pergi pada
pagi harinya menuju ke tempat pekerjaanya, makan, minum, tidur, bergurau dengan
teman atau saudaranya, ngobrol, melakukan akad jual beli atau sewa menyewa,
maka pada setiap aktifitas ini tidak terlintas pada orang-orang yang lalai,
mereka tidak memiliki niat dalam aktifitasnya yaitu niat yang baik ketika
melakukannya, selalu mengoreksi hatinya dari niat yang baik ini yang akan
menjadikan segala aktifitasnya bernilai ibadah di sisi Allah Azza wa jalla.
- Termasuk dari bentuk kelalaian adalah lalai dari tingkatan amal perbuatan sehingga dia menurunkan dari kedudukan yang semestinya.
Sesungguhnya
ibadah-ibadah yang telah di tentukan oleh syari'at saling bertingkat-tingkat
nilai pahala serta ganjaranya dari beberapa sisi, di antaranya ada yang memang
sudah menjadi ibadah yang paling afdhol (baik, utama) dari segala sisi,
di antaranya juga ada ibadah yang menjadi utama sesuai dengan waktu, ada juga yang menjadi utama sesuai dengan
tempat, dan begitu seterusnya.
Seperti halnya
membaca al-Qur'an maka itu adalah amalan yang paling baik dari sisi mana pun
namun ketika ingin masuk masjid maka mendahulukan do'a masuk masjid (itu lebih
utama) dari pada membaca al-Qur'an demikian pula ketika akan keluar dari masjid
(maka sunahnya adalah membaca do'a keluar masjid), begitu pula kita
mendahulukan do'a-do'a pagi dan petang dari membaca al-Qur'an. Begitu
seterusnya bahwa setiap amalan akan menjadi utama dan afdhol di lihat dari
waktu atau tempat.
Dulu adalah Ibnu
Mas'ud semoga Allah meridhoinya seakan-akan tidak pernah berpuasa, dan beliau
berkata: "Sesungguhnya aku apabila
berpuasa maka aku juga memperbanyak sholatku ,karena sesungguhnya sholat
itu lebih aku sukai dari pada puasa". Dan jika beliau berpuasa maka beliau
berpuasa tiga hari pada setiap bulannya.[18]
Maka amalan
perbuatan secara umum yang manfaatnya bisa sampai kepada orang lain atau
manfaatnya bukan hanya untuk dirinya sendiri maka amalan tersebut lebih utama
dari pada amalan yang manfaatnya hanya di peruntukan untuk dirinya sendiri.
Seperti halnya
mengajari manusia dengan ilmu yang bermanfaat itu lebih baik dari pada sholat
sunah atau puasa sunah jika sholat atau puasa sunah tersebut menyibukan dirinya
dari mengajari manusia.
Dan sangat sedikit
sekali orang yang mau mengingat keutamaan-keutamaan ini, maka iblis pun tanpa
menyia-yiakan kesempatan ini mengambil bagian darinya dengan menyibukkan
dirinya dengan perkara-perkara yang lain, dan dalam hal ini iblis pun menang
atas anak cucu Adam dari sisi menyibukan mereka dengan amal-amal yang di
utamakan dari pada amal yang memiliki keutamaan yang lebih besar, maka
sesungguhnya bisa jadi setan membuka 70 pintu dari pintu-pintu kebaikan untuk
sampai kepada satu saja dari pintu kejelekan, atau bertujuan untuk memalingkan
dari suatu kebaikan yang memiliki keutamaan lebih besar dari pada 70 kebaikan
itu dan itu sesuatu yang pasti, hal itu sebagaimana yang di tegaskan oleh Imam
Ibnul Qoyim.[19]
Sedangkan Ibnul
Jauzi mengatakan: "Sesungguhnya termasuk dari keutamaan sebagian para
ulama adalah itsarnya (mendahulukan) dari menulis kitab dari pada sholat
dan puasa sunah, atau mengajari manusia dengan ilmu yang bermanfaat, di
karenakan hal tersebut akan menumbuhkan hasil yang lebih banyak dan akan
senantiasa tersisa manfaatnya sepanjang zaman".[20]
Pernah
pada suatu malam syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin menghentikan pelajaran
secara tiba-tiba, sedangkan pelajarannya tersebut adalah pelajaran yang biasa
beliau isi setelah selesai sholat maghrib maka murid-muridnya diam sambil
menundukan kepala-kepalanya (menunggu ada apa gerangan), tidak lama kemudian
syaikh mengatakan kepada mereka: "Saya mendapati ada sedikit bekas cat
yang mengenai tangan saya sedangkan saya telah berwudhu tanpa saya sadari hal
itu sampai saya mengerjakan sholat tadi dan duduk untuk mengajar, lalu baru saya
ketahui sekarang ini". Lantas beliau meminta izin kepada murid-muridnya
kemudian beliau pergi untuk menghilangkan bekas cat tadi lantas berwudhu
kembali dan mengulangi sholat maghribnya saja tidak mengulangi sholat sunah
setelah maghrib, kemudian kembali ketempat mengajar lantas melanjutkan
pelajaranya. Maka ada salah seorang muridnya yang menanyakan kepada beliau
kenapa tidak sekalian mengulangi sholat sunah ba'diyah maghrib, maka beliau
menjawab: "Ilmu lebih utama untuk di dahulukan (karena manfaatnya bisa sampai
kepada orang lain) sedangkan para penuntut ilmu telah berkumpul ada pun waktu
maka ia terus berjalan, dan sekarang adalah waktunya untuk pelajaran adapun
sholat sunah maka manfaatnya hanya bagi yang mengerjakannya, kalau sekiranya
memungkin untuk saya gabungkan maka saya gabung, akan tetapi saya berfikir
bahwa pelajaran itu lebih utama dari pada sholat sunah ba'diyah tadi".
Kelalain manusia
bukan hanya terbatas dari perkara-perkara yang telah disebutkan di atas tadi.
Bahkan di sana ada orang-orang yang lalai dari membenarkan niat, lalai dari
amar ma'ruf dan mencegah dari kemunkaran, lalai dari mendakwahi manusia serta
mendidik mereka, lalai dari sunah-sunah yang saling berbeda-beda seperti sholat
dhuha, sunah rawatib, sholat witir, lalai dari sunahnya duduk dimasjid (sehabis
sholat subuh) sampai menjelang terbitnya matahari, dan juga lalai dari
menghadiri majelis ilmu dan majelis dzikir. Dan yang semisalnya dari
ibadah-ibadah yang banyak manusia melalaikannya.
HUKUMAN
BAGI ORANG-ORANG YANG LALAI
Adapun bagi
orang-orang yang lalai maka sangat banyak sekali di antaranya adalah:
1.
Berhak
mendapatkan adzab di dunia.
Hal itu sebagaimana
yang Allah Ta'ala firmankan dalam kitabNya, Allah berfirman:
قال الله تعالى: {وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيۡهِمُ ٱلرِّجۡزُ قَالُواْ يَٰمُوسَى ٱدۡعُ لَنَا
رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَۖ لَئِن كَشَفۡتَ عَنَّا ٱلرِّجۡزَ لَنُؤۡمِنَنَّ لَكَ
وَلَنُرۡسِلَنَّ مَعَكَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ١٣٤ فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُمُ ٱلرِّجۡزَ
إِلَىٰٓ أَجَلٍ هُم بَٰلِغُوهُ إِذَا هُمۡ يَنكُثُونَ ١٣٥ فَٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُمۡ فَأَغۡرَقۡنَٰهُمۡ
فِي ٱلۡيَمِّ بِأَنَّهُمۡ كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَا وَكَانُواْ عَنۡهَا غَٰفِلِينَ
١٣٦} [الأعراف: 134- 136]
"Dan
ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata:
"Hai Musa, mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan)
kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat
menghilangkan azab itu dan pada Kami, pasti Kami akan beriman kepadamu dan akan
Kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu". Maka setelah Kami hilangkan azab
itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba
mereka mengingkarinya. kemudian Kami menghukum mereka, Maka Kami tenggelamkan
mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah
orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu". QS
al-A'raf: 134-136.
Maka di
tenggelamkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala di sebabkan kelalaian akan
ayat-ayatNya yang mereka lakukan.
2.
Di palingkan
untuk bisa mentadaburi ayat-ayat Allah, bisa
memahaminya serta mengambil manfaat dari ayat-ayatNya.
Maka adzab ini
sangatlah berbahaya jikalau sudah menimpa seseorang, sebagaimana yang telah
Allah Ta'ala terangkan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: {سَأَصۡرِفُ عَنۡ ءَايَٰتِيَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ
بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَإِن يَرَوۡاْ كُلَّ ءَايَةٖ لَّا يُؤۡمِنُواْ بِهَا وَإِن يَرَوۡاْ
سَبِيلَ ٱلرُّشۡدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗا وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلۡغَيِّ يَتَّخِذُوهُ
سَبِيلٗاۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَا
وَكَانُواْ عَنۡهَا غَٰفِلِينَ ١٤٦} [الأعراف: 146]
"Aku akan
memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan
yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap
ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang
membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka
melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah
karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari
padanya". QS al-A'raf: 146.
Maknanya tidaklah
akan Aku biarkan mereka bisa mentadaburi ayat-ayatKu, tidak pula Aku biarkan
mereka bisa mengambil ibroh (pelajaran) dengan ayat-ayatKu, sehingga
akan lewat begitu saja tanpa bisa mereka mengambil faidah.
Imam Badhowi
mengatakan: "Maksud dari ayat di atas adalah bahwa di palingkannya mereka
itu dengan sebab kedustaan yang mereka lakukan dan enggannya mereka untuk
mentadaburi ayat-ayatNya".[21]
Ini adalah merupakan
adzab yang sangat keras bagi mereka namun alangkah malangnya orang-orang yang
lalai tersebut mereka tidak pernah memperdulikannya.
Allah Ta'ala akan
membalas orang-orang yang berpaling dan lalai dengan di lalaikannya mereka oleh
Allah Ta'ala sebagai balasan yang setimpal. Sebagaimana yang Allah Ta'ala
jelaskan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: {فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ
...} [الصف: 5]
"Maka
tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka".
QS Shaff: 5.
3.
Dijauhkannya
dari rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala.
Di riwayatkan dari
Yusairoh semoga Allah meridhoinya dia adalah salah seorang sahabiyah yang telah
ikut serta berhijroh berkata: Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah
mengatakan kepada kami, (biasakan selalu) kalian dengan tasbih, tahlil (ucapan
la ilaaha illa Allah) dan tahmid, hitunglah (dzikir tersebut) dengan ruas jari
kalian, sesungguhnya ia akan bersaksi (pada hari kiamat nanti), dan janganlah
kalian lalai (dari dzikir tersebut) sehingga di jauhkan dari rahmatnya
Allah". HR Tirmidzi no: 3583. Di hasankan oleh al-Albani dalam Misykah
2/22.
Berkata al-Qori:
"Makna dari hadits ini adalah janganlah kalian tinggalkan dzikir karena
sesungguhnya jika kalian meninggalkan dzikir-dzikir tersebut kalian akan di
jauhkan dari pahalanya yang itu seolah-olah kalian telah meninggalkan rahmat
Allah Ta'ala".[22]
4.
Do'anya di
kembalikan serta tidak di kabulkan.
Hal
itu sebagaimana yang telah di jelaskan dalam haditsnya Abu Hurairoh semoga
Allah meridhoinya berkata: Telah bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa
sallam: "Berdo'alah kalian kepada Allah sedangkan kalian dalam keadaan
yakin akan di kabulkan, dan ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan
mengkabulkan do'a dari orang yang hatinya lalai". HR Tirmidzi no: 3479. Di
hasankan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' no: 245.
Dan hendaknya
keyakinanmu kepada Allah di pertebal ketika sedang berdo'a jangan seperti
orang-orang yang hatinya lalai, mereka mengangkat tangan-tangan mereka ketika
berdo'a beberapa saat namun mereka tidak memahami apa yang mereka katakan dan
do'a apa yang sedang mereka panjatkan kepada Allah Ta'ala.
Atau seperti
seseorang yang ikut mengamini do'a imamnya sedangkan ia tidak paham sama sekali
apa yang sedang imam baca!. Bagaimana mungkin akan di terima do'a seseorang
yang keadaanya seperti ini?!.
5.
Setan akan
menguasai orang yang lalai.
Jika
seorang masuk ke dalam rumahnya dan melupakan dzikir kepada Allah yang telah
jelas sunahnya maka setan akan menguasai dirinya, ikut serta masuk kedalam
rumah bersamanya dan bermalam di rumahnya.
Dan apabila ia makam tetapi lupa mengingat
Allah maka setan pun ikut serta makan dengannya, hal itu sebagaimana yang di
riwayatkan dari Jabir semoga Allah meridhoinya bahwasanya beliau mendengar Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila salah seorang memasuki rumahnya maka hendanya ia menyebut nama
Allah ketika masuk dan juga ketika makan. Maka setan akan berkata: "(Hari
ini) tidak ada untuk kalian tempat bermalam dan makan malam. Tetapi apabila ada
seseorang yang ketika masuk (rumahnya) tidak menyebut nama Allah maka setan pun
mengatakan: "(Hari ini) kalian akan mendapat tempat untuk bermalam. Dan
apabila ia makan dan tidak menyebut nama Allah maka setan pun berkata:
"Kalian mendapat bagian makan malam". HR Muslim no: 2018.
6.
Kelalaian
yang bertumpuk-tumpuk.
Sesungguhnya
kelalaian akan mengantarkan kepada kelalaian berikutnya, dari satu kelalaian
menuju kelalaian yang kedua, begitu seterusnya. Sampai seseorang tersebut
tenggelam di dalam hawa nafsunya sehingga tidak mampu lagi keluar darinya
kecuali orang yang mendapat rahmatNya dan keutamaanNya.
Kita saksikan
betapa banyak para pelaku maksiat dan orang-orang yang fasik awal mulanya
hanyalah berawal dari sikap lalai dan lengah yang tidak di hiraukan serta tidak
mau menyadarinya dan bertaubat darinya.
7.
Su'ul
khatimah (akhir kehidupan yang buruk).
Sikap
lalai yang berkepanjangan juga akan mengantarkan di atas kematian yang di benci
oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan contoh dalam hal ini sangat banyak sekali
dalam kisah-kisah nyata yang berbeda-beda bagi orang-orang yang tenggelam di
dalam kelalaian yang berkepanjangan dari mengingat Allah, maka akhir dari
kehidupannya dia akan sengsara, dalam su'ul khatimah. Ini adalah merupakan
sebab dan akibat terbesar dari sikap lalai.
8.
Kerugian di
akhirat nanti.
Termasuk
nama-nama hari kiamat adalah yaum al-Hasrah (hari kerugian) yang
demikian itu untuk menggiring orang-orang yang telah lalai ketika di dunianya,
dan supaya mereka menyesali dirinya karena meninggalkan amalan sholeh namun sungguh
sayang sekali bahwa penyesalanya tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu.
Seperti yang telah
di sabdakan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana yang di
riwayatkan oleh Abu Hurairah semoga Allah meridhoinya bahwasannya Nabi Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang duduk (sedangkan) ia tidak
gunakan untuk berdzikir kepada Allah maka baginya penyesalan, barangsiapa yang
tidur lalu tidak berdzikir kepada Allah maka baginya akan mendapat
penyesalan". HR Abu Dawud no: 4856. di shahihkan oleh al-Albani.
9.
Dan adzab
yang paling pedih bagi mereka adalah dimasukannya ke dalam nereka jahanam.
Dalam hal ini Allah
Ta'ala telah menjelaskan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: {إِنَّ
ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُواْ بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَٱطۡمَأَنُّواْ
بِهَا وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِنَا غَٰفِلُونَ ٧ أُوْلَٰٓئِكَ مَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ
بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٨} [يونس:
7- 8]
"Sesungguhnya orang-orang yang
tidak mengharapkan (tidak percaya akan) Pertemuan dengan Kami, dan merasa puas
dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan
orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka,
disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan". QS Yunus: 7-8.
Allah Subhanahu wa
ta'ala juga berfirman:
قال الله تعالى: {وَٱقۡتَرَبَ ٱلۡوَعۡدُ ٱلۡحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَٰخِصَةٌ أَبۡصَٰرُ ٱلَّذِينَ
كَفَرُواْ يَٰوَيۡلَنَا قَدۡ كُنَّا فِي غَفۡلَةٖ مِّنۡ هَٰذَا بَلۡ كُنَّا ظَٰلِمِينَ
٩٧} [الأنبياء: 97]
"Dan
telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), Maka tiba-tiba
terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (mereka berkata): "Aduhai,
celakalah Kami, Sesungguhnya Kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan
Kami adalah orang-orang yang zalim". QS
al-Anbiyaa: 97.
Dalam ayat yang
lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {و
َلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ
قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ
ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ
أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩} [الأعراف:
179]
"Dan
Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang
yang lalai". QS al-A'raf: 179.
Maka
adapun mereka orang-orang yang lalai maka hati-hati mereka telah mengeras
sehingga tidak bisa lagi mengambil pelajaran, menerima nasehat, tidak mau
memperhatikan serta berfikir, dan juga mata-mata mereka telah di butakan dari
melihat kebenaran, telinga-telinga mereka telah tuli untuk mendengar kebenaran,
dengan demikian mereka tak ubahnya seperti hewan ternak bahkan mereka lebih
buruk, merekalah orang-orang yang terlelap dalam kelalaian mereka.
Maka akan dikatakan
kepada setiap orang yang lalai pada hari perhitungan nanti yaitu pada hari
kiamat sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan dalam ayatNya:
قال الله تعالى: {لَّقَدۡ كُنتَ فِي غَفۡلَةٖ مِّنۡ هَٰذَا فَكَشَفۡنَا عَنكَ غِطَآءَكَ
فَبَصَرُكَ ٱلۡيَوۡمَ حَدِيدٞ ٢٢} [ق:
22]
"Sesungguhnya
kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu
tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat
tajam". QS Qaaf: 22.
Yaitu
sesungguhnya kamu dulu dalam keadaan tertipu dengan dunia, tidak memperhatikan
apa yang telah di sediakan setelah kematian, dan tidak memperhitungkan hari
penghitungan, dan tidak pula mempersiapkan diri akan hari tersebut, enggan
untuk mengingat hari itu, maka kami buka pintu tabir yang menghalangimu dari
hari itu dengan mencabut nyawamu sehingga engkau bisa melihat dengan mata
kepalamu sendiri, hingga ketakutan menjalar di seluruh tubuhmu sehingga matamu
tidak berpaling lagi ke kiri dan ke kanan namun ia tetap menatap dengan rasa
takut yang sangat.
Sesungguhnya akibat
dari sikap lalai tersebut tidaklah menyenangkan sama sekali namun kesemuanya
akan kembali kepada para pelakunya sehingga ia merugi di dunia dan akhirat.
Kita memohon kepada Allah Azza wa jalla agar di selamatkan dari itu semua.
CARA
UNTUK MENGOBATI LALAI
Jika
ada yang bertanya apa obat untut bisa selamat dari sikap lalai ini dan
bagaimana agar bisa selamat darinya?
Maka jawabanya adalah
bahwa semua itu dapat di obati dengan beberapa cara serta metode, diantaranya
adalah:
- Selalu membasahi kedua lisannya dengan berdzikir.
Perhatikanlah
firman Allah Ta'ala berikut ini, Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَٱذۡكُر
رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا
تَكُن مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٢٠٥} [الأعراف:
205]
"Dan
sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu Termasuk orang-orang yang lalai". QS
al-A'raaf: 205.
Sesungguhnya
berdzikir memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk bisa menghadapi sikap lalai,
dzikir juga salah satu sebab terbesar untuk bisa mengeluarkan seorang muslim
dari lubang kelalaian, karena besarnya ukuran seorang hamba dari kelalaian untuk berdzikir maka kesudahannya Allah lah
yang menentukan. Dan sebesar senangnya ia berdzikir serta mau menyibukan
dengannya maka menjadikan hatinya hidup serta hilangnya sikap lalai tersebut.
- Berdo'a kepada Allah Subahanahu wa ta'ala.
Dan do'a dengan
sendirinya akan menghilangkan sikap lalai serta bisa menguasai rasa malasnya,
lebih khusus lagi jika seseorang itu membiasakan dirinya selalu berdo'a dengan
do'a-do'a yang shahih dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Salah satunya
adalah do'a yang khusus tentang masalah ini yaitu sebagaimana hadits yang di
riwayatkan oleh Anas semoga Allah meridhoinya ia berkata: Adalah Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam biasa berdo'a:
اللهم إني أعوذ بك من العجز والكسل، والبخل والهرم، والقسوة والغفلة،
والذلة والمسكنة, وأعوذ بك من الفقر والكفر، والشرك والنفاق، والسمعة والرياء.
Ya Allah, aku
memohon perlindungan kepadaMu dari kelemahan, rasa malas, kebakhilan, pikun,
kerasnya hati, lalai, kehinaan, kemiskinan, dan aku memohon kepadaMu dari
kefakiran, kekufuran, kesyirikan, nifak, sum'ah (rasa ingin dipuji) dan
riya'..HR Ibnu Hibban no: 1023, al-Hakim no: 1944, di shahihkan oleh al-Albani
dalam Shahihul Jami' no: 1285.
- Membiasakan diri dengan sholat malam.
Telah shahih dari
Abdullah bin Amr bin Ash semoga Allah meridhoinya berkata: Rasulullah
Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa (melakukan) sholat
malam dengan sepuluh ayat maka tidak akan di tulis sebagai orang-orang yang
lalai, siapa (yang sholat malam) membaca seratus ayat akan di tulis sebagai
orang-orang yang taat, siapa yang (sholat malam) membaca seribu ayat maka akan
di jadikan sebagai orang-orang yang berkecukupan". HR Abu Dawud no: 1398,
di shahihkan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami' no: 6439.
- Dengan sering melakukan ziarah kubur.
Dengan sering
melakukan ziarah kubur maka akan lenyap kelalaian tersebut dan akan hilang
kepekaan untuk memahami. Di riwayatkan dari Anas bin Malik semoga Allah
meridhoinya berkata: (Pada awal perkara) Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa
sallam melarang untuk ziarah kubur kemudian Rasulullah bersabda setelahnya:
"Ketahuilah sesungguhnya saya pernah melarang kalian (dari tiga perkara),
kemudian telah nampak (mana) yang benar (bagi saya), (yaitu) saya melarang
kalian untuk ziarah kubur, (kemudian) nampak bagi saya bahwa (ziarah kubur)
dapat melunakkan hati dan membuat air mata berlinang, serta mengingatkan
akhirat, (maka) ziarailah (oleh kalian) kubur". HR Ahmad 13075,
dishahihkan oleh al-Albani.
Dan salah satu
wasiat dari syaikh Abdul Azizi bin Baz kepada sebagian orang-orang yang lalai,
yang telah bertanya kepada beliau supaya mereka membiasakan ziarah kubur. Dan
beliau berpendapat bahwa itu termasuk bagian dari tolong menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan.
- Memperhatikan kehidupan dunia ini.
Di karenakan siapa
yang biasa memperhatikan keadaan dunia ini maka ia akan mendapati bahwa dunia
tidaklah selalu menyenangkan bahkan kesenangannya hanya bersifat sementara.
ketika seseorang dalam kejayaannya dan dalam kegembiraan serta kesenangan
tiba-tiba bencana menyerang atasnya, jadilah kelapangan berganti kesempitan,
Serta menjadi miskin setelah kaya, Dan menjadi terhina setelah sebelumnya
terhormat. Dan kadang kala kematian mendatanginya, Maka ia keluar dari dunia
ini dalam keadaan memiliki banyak tanggungan, Kemudian disandarkan ketanah, Dan
ia pun meningalkan tempat asalnya. Termasuk kejelekan dunia adalah terlalu
banyak kefanaan, Keadaan akan terus berganti, Maka itu sebagai dalil yang
sangat terang yang menunjukkan bahwa dunia ini akan selesai dan hilang yang
hanya meninggalkan bekas, sebagaimana silih berganti antara orang yang sehat
dan sakit, di dunia juga bisa kita saksikan yang tadinya ada lalu dengan
berlalunya waktu menjadi tidak ada kembali, seorang pemuda seiring dengan
perjalanan waktu akan menjadi tua sehingga kepikunan pun mulai nampak pada
dirinya, segala macam kenikmatan berubah menjadi bala dan malapetaka, adanya
kehidupan yang di ikuti dengan kematian, adanya gedung-gedung yang megah yang
seiring dengan waktu menjadi rusak dan hancur berantakan, adanya perkumpulan di
kalangan manusia namun di akhiri dengan perpecahan.
Hindun binti Nu'man
mengatakan: "Sungguh kami telah menyaksikan bagaimana kami adalah
orang-orang yang paling mulia diantara mereka, orang yang paling banyak
memiliki kekuasaan, kemudian (dengan perjalanan waktu) tidak lah kami melihat
kecuali sebagai orang-orang yang paling sedikit (hartanya)…sehingga ada salah
seorang laki-laki yang menanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi, maka ia
menjawab: "Tidaklah ada pada pagi
hari (suatu hari) kecuali (kami adalah orang yang mulia) sehingga tidak ada
seorang arab pun kecuali mereka berharap (kepada kami) supaya mengasihinya,
namun di kala senja tiba (tidaklah lama) tidak ada seorang arab pun kecuali
kami yang berharap supaya mereka mau mengasihi kami".[23]
Lihat dalam kisah
di atas bagaimana keadaanya mereka ketika berada di pagi hari!! Lalu ketika
pada sore harinya keadaanya pun telah berubah!! Sesungguhnya dalam kisah di
atas ada sebuah pelajaran yang bisa kita petik, namun masih adakah orang-orang
yang mau mengambil pelajaran?.
Pada suatu pagi
masuklah Ubadah ummu Ja'far al-Burmuki kepada sekelompok orang pada hari raya
iedul adha dengan memohon kepada mereka (agar ada) di antara mereka yang mau
memberi (baju) hangat (walau) dari kulit kambing. Maka mereka menanyakan hal
itu (bagaimana mungkin) sedangkan ia di penuhi dengan kenikmatan. Lantas ia pun
menjawab: "Sungguh beginilah keadaanku sekarang ini (tidak ada yang aku
tutup-tutupi) walaupun saya di kelilingi oleh harta yang melimpah". Dan
saya katakan: "sesungguhnya anak saya Ja'far telah berbuat durhaka
kepadaku".
Inilah keadaanya
pada salah satu hari raya!namun pada hari raya berikutnya maka keadaanya pun
berubah, sekarang justru orang-orang yang banyak meminta kepadanya kulit (untuk
di jadikan baju hangat).
Ada sebagian orang
sholeh mengatakan: "Pada suatu pagi hari saya melewati sebuah rumah di
negeri kufah, lalu saya mendengar dari dalam rumah tersebut (ada) seorang budak
wanita yang menyenandungkan bait syair:
ألا يا دار لا يدخلك حزن
ولا يذهب بساكنك الزمان
Wahai rumah jangan sampai engkau dimasuki
kesedihan
Jangan pula engkau
pergi bersama waktu
Kemudia pada suatu
ketika saya melewati kembali rumah tersebut, namun yang saya dapati rumah itu
pintunya telah tertutup rapat, maka saya bertanya: "Ada apa gerangan
mereka? Maka ada yang menjawab: "Sungguh telah meninggal pemilik rumah
itu".
Lalu saya pun
mendatangi pintu dan berdiri di depannya, lantas mengetuknya seraya mengatakan:
"Sesungguhnya saya mendangar dari rumah ini suara seorang budak wanita
yang bersenandung:
ألا يا دار لا يدخلك حزن
ولا يذهب بساكنك الزمان
Wahai rumah
janganlah engkau masuki kesedihan
Jangan pula engkau
pergi bersama waktu
Maka terdengar
suara tangisan seorang perempuan sambil mengatakan: "Wahai hamba Allah,
sesungguhnya Allah Ta'ala telah merubah keadaan (kami) sedangkan Dia adalah
Maha yang tidak mungkin di rubah (meninggal.pent), dan kematian adalah akhir
dari perjalanan kehidupan seseorang". Saya pun berlalau, demi Allah
tidaklah saya kembali kecuali sambil menangis".[24]
Dalam sebuah atsar
yang bersumber dari salah seorang sahabat mulia Nu'man bin Basyir semoga Allah
meridhoinya mengatakan: "Pernah saya di utus oleh Abu Bakar Shidiq untuk
meminta (upeti) kepada salah satu kabilah di negeri yaman. Dan pada suatu hari
dalam perjalanan kami, manakala kami melewati sebuah kampung yang sangat
mengagumkan bangunanya, sehingga ada salah seorang di antara kami yang berkata:
"Kalau sekiranya kita singgah sejenak di dalamnya". Kami pun masuk ke
kampung tersebut, sungguh kota yang mengagumkan dan sangat indah, istana
yang megah berwarna putih dengan di
penuhi pengawal tua dan muda. Lalu kami mendengar ada salah seorang budak
wanita yang bersenandung yang di iringi dengan suaru rebana bait syair:
معشر الحساد موتوا كمدًا
كذا نكون ما بقينا أبدًا
Duhai orang yang
hasad matilah engkau karena iri
Inilah keadaan kami untuk sepanjang hidup
kami
Dan di dapati ada
tempat yang di khususkan untuk air, pelana yang panjang yang di penuhi dengan
unta, kuda, sapi, kambing. Istana di pagari dengan tembok yang megah, maka saya berkata kepada teman-teman
yang bersama saya: "Kalau sekiranya kita tambatkan sejenak tunggangan
kita, (kita) membeli kebutuhan serta keperluan untuk perjalanan kiat". Dan
ketika kami sedang menambatkan tunggangan datang sekelompok kaum dari sisi
istana yang berwarna putih tersebut dengan wajah yang tampak riang gembira
kemudian (mereka mengajak kami) lalu menjamu kami dengan makanan yang paling
nikmat dengan beraneka ragama minuman, setelah itu kami pun diberi tempat untuk
beristirahat. (setelah) rasa lelah kami hilang kami pun berangkat (melanjutkan
perjalanan), maka ada sekelompok kaum yang mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya tuan kami menyampaikan salam kepada kalian". (maka) di
jawab: "Berilah kami udzur kalau sekiranya ini adalah kekurangan dari
kami, sesungguhnya kami di sibukan dengan kuda-kuda kami". Maka mereka pun
di ajak untuk makan dengan makanan yang telah tadi di hidangkan kepada kami,
kemudian saya pun melanjutkan perjalananku sampai kembali.
Waktu pun berjalan,
sampai pada masanya Mu'awiyah. Pada suatu ketika beliau mengutusku (sama untuk)
mengambil upeti pada salah satu kabilah namun sekarang tidak ada seorang pun
(yang sebagai teman) seperti pada kali perjalanan pertama. Dan ketika saya
menceritakan sebuah kisah yang saya alami pada (perjalanan yang lampau) tentang
sebuah kota (dengan istananya yang megah), ada salah seorang yang berkata:
"Bukankah ini jalan yang mengantarkan kepada kota tersebut? Ketika sampai
maka kami dapati jalan tersebut telah rusak dan runtuh, adapun istananya maka
yang kami dapati telah hancur yang tersisa hanya puing-puingnya, sedangkan
tempat air (yang dahulu banyak airnya) maka sudah tidak ada sedikitpun
menyisakan air, adapun lampu penerang maka telah padam.
Manakala kami
sedang berdiri dengan penuh keheranan ada seseorang yang menyeru kepada kami
dar sisi sebelah (bekas) istana tersebut. Maka saya katakan kepada beberapa
sahabat saya: "Lihatlah (ada apa) sampai kiranya kamu selesaikan urusan
dengan orang tersebut". Tidak lama kemudian dia kembali dalam keadaan
ketakutan. Saya tanyakan: "Ada apa geranganmu? Ia menjawab: "Saya
telah datangi orang tersebut, dan dia adalah seseorang yang buta (maka) itu
yang membikin saya takut".
Ketika ia mendengar
kedatangan kami, ia mengatakan: "Saya bertanya kepada kamu (yang) telah
datang dengan selamat, jika (tidak kamu jawab) saya akan ambil mata kamu agar
saya bisa masuk ke istana". Lalu ia berkata: "Tanyalah kenapa itu
saya lakukan".
Saya pun bertanya
kepadanya: "Apa yang terjadi dengan bapakmu dan kaummu? Ia menjawab:
"Mereka semua telah meninggal tidak ada yang tersisa lagi". Saya
bertanya kembali: "Tidakkah engkau ingat pada suatu hari yang mana pada
hari itu kalian sedang mengadakan pesta, dan ada seorang budak perempuan dengan
di iringi suara rebana menendangkan syair:
معشر الحساد موتوا كمدًا
كذا نكون ما بقينا أبدًا
Duhai orang yang
hasad matilah engkau karena iri
Inilah keadaan kami untuk sepanjang hidup
kami
Sungguh sangat
lantang sekali suaranya dan sangat menyentuh syairnya. Ia lalu menjawab:
"Demi Allah sungguh masih tajam dalam ingatan saya (akan hal itu) baik itu
tahun, bulan, hari dan siapa yang menjadi mempelainya, dia adalah saudara
perempuanku, dan sayalah yang memukul rebana tersebut". Ia terus bercerita
tentang masa lalunya sampai kami merasa jenuh kemudian (tiba-tiba) ia
kejang-kejang kemudian meninggal dunia.[25]
Sesungguhnya cinta
dunia dialah yang akan mengantarkan dirinya ke dalam neraka sedangkan
mencukupkan dirinya dari dunia maka dialah yang akan menjadikan dirinya masuk
ke surga.
Dunia adalah
khamrnya setan, siapa yang mabuk darinya maka ia tidak akan bisa sadar kecuali
ajal telah menjemputnya sedangkan ia dalam keadaan menyesal karena telah merugi
di dunia dan akhirat.
Tidaklah seseorang
di dunia ini kecuali dia adalah tamu baginya sedangkan harta bendanya adalah
sesuatu yang akan musnah, seorang tamu pada suatu saat pasti akan pergi darinya
sedangkan harta adalah pinjaman yang sifatnya hanya sementara. Kecintaan terhadap dunia adalah sebab dari setiap
perbuatan dosa, karena secara tidak langsung kecintaan kepadanya akan
mengantarkan pelakunya untuk mengagungkannya dan hal itu semua adalah sesuatu
yang sangat rendah di sisi Allah, karena Allah Ta'ala telah melaknat dunia
serta membencinya. Hal itu sebagaimana yang di jelaskan dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oelh Abu Hurairoh semoga Allah meridhoinya berkata: Saya
telah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ketahuilah sesungguhnya dunia itu adalah terlaknat, (semuanya) tercela kecuali (kalau di gunakan) untuk berdzikir
kepada Allah dan segala sesuatu (yang) terkait dengannya, atau untuk mencari
ilmu dan mengajarkannya". HR Tirmidzi no: 2322, Ibnu Majah no: 4112, di
Hasankan oleh al-Albani.
Dan cinta kepada
dunia akan merugikan akhiratnya. Karena dunia dan akhirat adalah dua hal yang
saling bertentangan jika condong salah satunya maka akan kalah yang lainnya dan
itu adalah suatu hal yang lumrah terjadi.
Cinta dunia juga
akan menjadikan seorang hamba enggan untuk mengerjakan amalan yang manfaatnya
bisa kembali untuk dirinya ketika di akhirat nanti, dan itu merupakan salah
satu dari bentuk kelalaian yang sangat keras, seseorang merasa capai hanya
untuk mengejar dunia, membangun sesuatu yang pasti akan roboh dan rusak,
sedangkan ia telah tahu persis bahwa dunia adalah sesuatu yang akan hilang dan
berakhir, dan dunia itu bisa kita misalkan –sebagaimana yang dikatakan oleh
Yunus bin Abdul A'la- Bahwa dunia hanyalah seperti halnya seseorang yang sedang
tertidur pulas dan bermimpi sesuatu yang di cintai dan di bencinya, dan
manakala ia dalam keadaan seperti itu lalu ia pun terbangun dan kembali ke alam
sadar (dari mimpinya).[26] Dan alam sadarnya adalah kematian.
Maka
berhati-hatilah wahai sekalian para hamba Allah bahwa dunia ini adalah sesuatu
yang menipu dan melengahkan, kesenangannya di bungkus dengan kesedihan,
kebahagian dunia selalu di iringi dengan kehidupan yang suram, kalau sekiranya
Sang Pencipta tidak mengabarkan tentang (tercelanya) dunia dengan memberi
permisalan tentangnya tentu seharusnya orang yang tertidur terjaga dan orang
yang lalai teringat, bagaimana bahwa Allah Ta'ala telah menjelaskan kepada kita
dengan sangat jelas bahwasannya dunia ini tidaklah ada apa-apanya manakala di
timbang hanya dengan satu sayap nyamuk, apakah orang yang telah tertipu
menyangka bahwa dunia ini akan kekal?!.
- Mengingkat surga dan neraka.
Adapun surga adalah
negeri yang penghuninya tidak akan pernah merasakan kematian, sedangkan
bangunannya tidak akan pernah roboh, para pemudanya tidak akan pernah menua dan
tidak pula akan pikun, keindahanya serta kebaikan-kebaikannya tidak akan
berubah selama-lamanya.
Udaranya sangatlah menyejukan, sedangkan minumanya terbuat dari tasnim.
Dan penghuninya berpindah-pindah di antara kasih sayang Robbnya yang Maha
Pengasih kepada hambaNya, dan mereka di beri nikmat untuk bisa menikmati dan
melihat wajah Robbnya yang mulia setiap saat yang ia kehendaki, sedangkan do'a
mereka di dalam surga adalah Maha suci Engkau ya Allah aku memujiMu, dan salam
penghormatan mereka adalah salam (selamat dari segala bencana),
sedangakan do'a mereka di akhiri dengan ucapan "alhamdulilaahi Rabbil
'aalamin" (segala puja dan puji hanya untuk Allah).
Di dalam nikmat surga juga ada banyak hal yang tidak pernah terlihat
oleh mata, tidak pernah terdengar sebelumnya oleh kedua telinga, dan tidak
pernah terlintas dalam hati seorang manusia mana pun.
Dan surga ini hanya di peruntukan oleh Allah Ta'ala kepada para
hambaNya yang telah taat kepadaNya, mereka bersandar di atas dipan-dipan yang
empuk, mereka di beri minum dari khamr yang murni yang di lak tempatnya, kamu
dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan yang penuh kenikmatan.
Apakah yang mereka minum?
Mereka minum air serta minuman yang terbuat dari khamr, susu, dan madu.
Khamr surga tidaklah sama dengan khamr yang ada di dunia, warnanya putih sangat
lezat bagi orang yang meminumnya.
Dengan apa mereka akan di kelilingi?
Mereka semua akan di kelilingi oleh pelayan-pelayan yang muda dan tidak
akan pernah tua.
Siapakah istri-sitri mereka?
Mereka akan beristrikan dengan bidadari yang sangat cantik, mereka
(bidadari) itu seperti permata yaqut dan marjan, yang tidak pernah di sentuh
sebelumnya oleh jin maupun manusia, mereka tidak akan pernah menua, sedangkan
tempatnya adalah di istana-istana.
Siapakah yang akan bertamu kepada mereka?
Yang akan masuk kepada mereka adalah para malaikat dengan membawa
kebaikan dari setiap pintu sambil mengucapkan salam kepada penghuninya.
Bagaimana mungkin bisa di samakan kedudukannya dengan (yang lainya)
karena surga adalah negeri yang telah Allah Ta'ala ciptakan dengan tanganNya
sendiri yang di peruntukan bagi orang-orang yang di cintaiNya di dalamnya penuh
dengan rahmat dan kedermawananNya, Allah telah mensifati mereka (penghuni surga) sebagai orang-orang
yang telah mendapat kemenangan yang besar dan yang telah memiliki sesuatu yang
sangat agung, sempurna dari segala kekurangan?!.
Jika engkau bertanya tentang tanahnya maka sesungguhnya tanah surga
adalah misk dan za'faran, jika engkau bertanya bagaimana atapnya maka surga itu
di atapi oleh arsy Allah Azza wa jalla, jika engkau ingin tahu bagaimana
kerikilnya maka sesungguhnya kerikil surga itu seperti mutiara dan jika engkau
bertanya bagaimana bangunan surga maka semennya terdiri dari perak dan
bangunannya terbuat dari emas murni, jika engkau menanyakan bagaimana tanaman
surga maka tidak ada tanaman kecuali pohonnya terdiri dari emas, dan jika
engkau ingin mengetahui bagaimana buah surga maka sesungguhnya buahnya lebih
lembut dari keju dan lebih manis dari madu, jika engkau ingin tahu bagaimana
daunya maka daunya sangat lah indah dan elok demikian pula sungai-sungainya
maka sesungguhnya dia tidak akan pernah berubah sedangkan para wanita penghuni
surga maka mereka selalu dalam keadaan suci selama-lamanya. Yang semua itu
telah di jadikan satu oleh Allah Ta'ala bagi para penghuninya yang di penuhi
oleh kenikmatan badan dan hati, jiwa-jiwa mereka selalu dalam kenikmatan dan
badan mereka pun demikian dan mereka di dalam kenimatan ini akan tetap tidak
pernah akan merasakan tua dan pikun.
Maka renungkanlah bagaimana nikmatnya surga itu karena dengan cara
tersebut maka akan bisa menolak kelalaian.
Begitu juga perhatikan apa yang telah Allah Ta'ala siapkan dari
adzabNya yang pedih dan juga ujian yang
sangat berat bagi penduduk neraka, karena dengan cara seperti itu juga akan
bisa menghilangkan kelalaian.
Batu-batu yang besar lagi keras dilemparkan dari arah neraka jahanam yang waktunya selama tujuh
puluh tahun!.
Renungkan wahai hamba Allah bagaimana keadaan para penduduk neraka kaki
mereka di ikat mendidih sampai keujung kepalanya. Wajah mereka menjadi hitam di
karenakan banyaknya mereka melakukan perbuatan dosa, mereka memanggil dengan
suara yang sangat keras dari sisi nereka sambil berkata: "Wahai yang Maha
Kuasa sungguh benar apa yang telah Engkau janjikan kepada kami, Ya Rabb kami
telah mengelupas kulit-kulit kami, Ya Malik (Allah) keluarkanlah kami dari
sini, sungguh kami berjanji kepadaMu untuk tidak mengulangi kembali
(perbuatan maksiat)". Maka di
katakanlah kepada mereka: "Sungguh sangat sayang sekali (percuma) kalian
tidak akan mungkin bisa keluar dari negeri kehinaan ini, kalian telah merugi di
dalamnya dan janganlah banyak bicara". Sehingga ketika keadaannya seperti
itu mereka pun menjadi berputus asa atas apa yang telah mereka sia-siakan semua
yang ada di sisi Allah, namun kiranya penyesalan mereka sudah terlambat,
penyesalannya tidaklah bisa menyelamatkan dari siksaNya yang pedih bahkan
penyesalan mereka justru di bayar mahal
dengan di tenggelamkan mereka ke dalam api neraka yang berkobar-kobar terus
turun sampai ke lembah neraka dan manakala mereka mencoba untuk keluar maka
mereka tertimpa lagi dari atas kepala mereka penghuni yang baru sehingga
mendidihlah perut mereka dan terkelupaslah kulit-kulitnya, lalu di kekangnya
mereka serta di pukulinya dari besi api.
Hancurnya tenggorokan mereka, mengalirkan cairan yang sangat panas dan
luluh lantak daging-daging mereka, dan
dalam keadaan seperti itu mereka sangat sekali berharap agar mereka di matikan
saja namun mereka semua sudah tidak akan merasakan kematian kembali.
Dan neraka itu melontarkan bunga api yang sangat besar sebesar dan
setinggi istana, kalau ukuran bunga apinya saja sebesar istana lantas seberapa
besar ujung lidah api tersebut, dan seberapa besar lidah apinya?!.
Api neraka hanyalah bagian dari tujuh puluh bagian api dunia, itulah
minuman yang akan di minum oleh orang-orang kafir sampai otak mereka mendidih,
mereka berharap untuk mati dengan melakukan berbagai cara namun mereka tidak akan mati, pakaian mereka
adalah dari pelangkin (ter) sedangkan muka mereka di tutup oleh api neraka. Dan
bagi mereka lapisan-lapisan yang terbuat dari api neraka yang di letakan di
atas kepala mereka sedangkan di bawah mereka pun lapisan-lapisan dari api
neraka.
Dan masih banyak lagi dari adzab-adzab Allah Azza wa jalla untuk
anggota badan penghuni neraka dan di sana juga ada adzab yang bersifat maknawi,
setiap kali ada saudaranya (temannya) yang masuk maka dia langsung
melaknatinya.
Sedangkan para malaikat maka mereka mencelanya atas keteledoran serta
kesalahan yang mereka pilih ketika hidup di dunia.
PENUTUP
Imam Ibnul Qoyim mengatakan: "Sesungguhnya majelis dzikir
(tempat mengkaji ilmu.pnt) adalah majelisnya para malaikat sedangkan majelisnya
orang yang senang bermain ( menyia-yiakan waktu) dan lalai adalah majelisnya
para setan, maka lihat dan pilihlah mana yang lebih menyenangkan dan utama bagi
seorang hamba Allah karena pada akhirnya nanti dia akan di kumpulkan bersamanya
baik ketika di dunia maupun ketika di akhirat nanti".[27]
Sesungguhnnya zaman kita sekarang ini adalah zamannya orang-orang yang
lalai, jika engkau kurang percaya maka lihatlah keadaan orang-orang yang berada
di muka bumi ini, perhatikan bagiamana keadaan para penghuni bola dunia ini
maka kebanyakannya adalah seperti hasil penglihatanmu?.
Engkau akan melihat di depan matamu begitu banyaknya tempat-tempat
untuk bermain, tempat hiburan, toko-toko yang mengkhususkan menjual alat-alat
para bola, bermain, dan seterusnya.
Setelah itu bandingkan bagaimana keadaannya tempat-tempat tersebut
dengan tempat-tempat ibadah dan majelis ilmu, maka kamu akan dapati bahwa
sesuatu yang akan melalaikan dari mengingat Allah dan negeri akhirat lebih
banyak dari pada kelompok yang kedua. Dan bagi orang yang berani berkorban
serta mau meninggakan tempat-tempat yang melalaikan tersebut kemudian berpindah
dan memilih untuk berteman dengan teman-teman yang shalih dan duduk di dalam
rumah-rumah Allah (masjid) sambil berkumpul untuk mempelajari ilmu maka Allah
pun akan memuliakan dirinya dengan balasan yang sangat besar di sebabkan
pengorbanan itu yang telah ia lakukan, Karena sesungguhnya setiap kali ada daya
tarik yang semakin banyak dari sesuatu yang menggiurkan sedangkan seseorang itu
malah mengikat dirinya maka ia akan mendapat balasan lebih besar dari itu
semua, oleh karena itu maka balasan bagi orang-orang yang shalih pada ahkir
zaman nanti lebih besar itu di sebabkan karena mereka menahan dari segala hal
yang menggoda hawa nafsunya, tidak ikut-ikutan kepada fitnah dengan segala
bentuknya.
Akhirnya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menjaga
kita dari kelalaian, sebab-sebabnya serta jalan yang mengarah kepadanya,
sebagaimana kita memohon kepada Allah agar di jauhkan kita semua dari su'ul
khatimah (kematian yang buruk) dan semoga Allah menjadikan kita sebagai
hambaNya yang selalu mengingatNya serta mensyukuri segala nikmat yang telah di
limpahkan kepada kita, demikian pula kita memohon semoga Allah selalu menolong
kita untuk beribadah sesuai yang di inginkanNya. Sesungguhnya Dialah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengabulkan do'a.
Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi kita Muhammad
Shalallahu 'alaihi wa sallam, keluarga serta para sahabatnya.
Penulis
Muhammad bin Sholeh al-Munajid
Pertanyaan:
Dibawah ini ada beberapa pertanyaan, yang berupa pertanyaan langsung
dan yang kedua pertanyaan yang memerlukan merenung dan berfikir.
Pertanyaan langsung:
- Sebutkan pengertian ghoflah baik secara bahasa maupun istilah syar'i?
- Sebutkan macam-macam goflah?
- Bagi ghoflah yang tercela ada tiga macam, sebutkan?
- Apakah penyebab seseorang terjatuh ke dalam ghoflah?
Pertanyaan kedua:
- Termasuk yang bisa menjadikan seorang manusia menjadi lalai adalah menyepelaikan masalah niat, jelaskan?
- Didalam buku ini ada perkataan seorang anak kecil yang mengatakan kepada ibunya: "Tinggalkan saya bermain dan saya berjanji tidak akan masuk ke gereja lagi!!. Apa yang menjadikan anak kecil itu berkata seperti itu?
- Adzab apa yang akan di dapat di dunia bagi orang yang lalai?
- Adzab apa yang akan di peroleh di akhirat bagi orang yang lalai?
- Cara apa yang paling kuat untuk bisa menghilangkan kelalaian?
DAFTAR
ISI
- Muqadimah
- Pengertian ghoflah
- Sikap agama tentang ghoflah
- Macam-macam ghoflah
- Jenis ghoflah yang tercela
- Sebab-sebab ghoflah
- Beberapa contoh yang seseorang lalai di dalamnya
- Hukuman bagi orang yang lalai
- Cara menghilangkan penyakit lalai
- Penutup
- Pertanyaan
[9]
. Dan yang
terkenal sampai sekarang adalah bahwa madzhab yang menyebar disana adakah
madzhab Malikiyah,
[11]. al-Mufhimu lima asykala min talkhisi kitab muslim 7/36, dan telah
dinukil oleh al-Manawi dalam Faidhul Qodir 1/572
[18]
. Di riwayatkan
oleh ath-Thabrani dalam Mu'jam Kabir 8869, berkata al-Haitsami dalam Majma'
Zawaid 2/304 bahwa para perawinya adalah perawi yang shahih.
Komentar
Posting Komentar